Gagal Usaha Ternak Lele


Cerita berawal dari aku dapat uang THR tahun 2020. Waktu itu aku bingung mau dibuat apa uang ini. Lalu karena ada temenku namanya Faroq sering upload story tentang jualan ikan koi, dengan ajakan yang sebenernya bercanda, aku ajak dia buat ternak lele. Nah, entah kenapa ternyata niat ternak lele ini akhirnya terealisasi. Dengan modal patungan dan ilmu seadanya, kita mulai usaha ini. Niat awal memang untuk belajar dan mengisi kegiatan produktif, kita juga sebenarnya sudah siap rugi (syukur kalo untung), karena menyadari ternak lele ini susah-susah gampang. Dibuktikan dengan banyaknya peternak lele yang akhirnya gulung tikar.


Singkat cerita, usaha ternak lele bareng Faroq ini cuma berjalan beberapa kali panen saja. Tentu saja karena merugi. Beberapa penyebab kerugiannya antara lain :

  1. Jarang Melakukan Sortir. Kegiatan sortir sendiri seharusnya wajib dan harus sering dilakukan dalam usaha ternak lele. Tapi aku sendiri jarang melakukannya. Karena aku sendiri cuma punya sedikit waktu karena harus kerja, rumah Faroq dan rumahku pun jaraknya juga sangat jauh. Alhasil pertumbuhan lele pun kadang tidak merata.
  2. Biaya Pakan yang Mahal. Sudah menjadi rahasia umum kalau harga pakan lele itu mahal. Harga pakan yang mahal ditambah dengan sifat lele yang rakus membuat biaya pakan menjadi bengkak. Banyak peternak lele yang menyiasati ini dengan membuat pakan alternatif. Namun saat itu, aku dan Faroq tidak memakai atau membuat pakan alternatif, tapi full pellet, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pakan akhirnya juga besar.
  3. Takaran Pakan. Berhubung kolam lele ini ada di rumahku, urusan pemberian pakan ada di aku. Aku sendiri tidak pernah memberi takaran pakan dengan cara perbandingan berat pakan dengan berat rata-rata lele. Hanya memberi pakan saja sekenyangnya ikan. Hal tersebut adalah kesalahan.
  4. Kualitas Air. Hal tersulit selanjutnya adalah menjaga kualitas air. Air yang baik biasanya berwarna hijau (karena terdapat fitoplankton dan alga). Kolamku sendiri juga berwarna hijau airnya tapi hanya di awal-awal saja. Kemudian ketika lele sudah beranjak besar, warna semakin coklat dan sulit mengembalikan menjadi hijau kembali. Padahal air sering dikuras dasarnya agar kotoran-kotoran atau endapan bisa keluar.
  5. Probiotik. Aku tidak memberi obat-obatan berlebihan pada lele. Hanya memberi EM4 pada campuran pakan. Kadang-kadang ada lele yang siripnya berwarna merah dan pakannya aku campur supertetra saja.
  6. Harga Lele Murah. Harga lele di pengepul murah sudah bukan rahasia lagi. Makanya dalam usaha ternak lele, cara petani lele mendapatkan untung bukan dengan mencari pengepul yang memberi harga tinggi, tetapi dengan main pakan alternatif sehingga bisa menekan harga pakan. Tapi seperti di poin kedua, aku tidak memakai pakan alternatif. Harga pakan PF1000 sekilo saja sama dengan harga lele sekilo waktu itu. Hitung-hitungannya juga sudah merugi.

 

Kesimpulannya, usaha ternak lele ini membutuhkan ketelatenan dan ilmu yang cukup. Aku sendiri mengakui bahwa aku kurang telaten dan kurang ilmu dalam ternak lele kali ini. Di luar sana juga banyak juga peternak lele yang sukses dan menjadikan usaha ini sebagai usaha utamanya.

Bagi pembaca yang mau usaha ternak lele, sebaiknya lebih didalami dulu ilmu tentang usaha ternak lele baik belajar dari youtube, artikel, buku, atau yang lebih baik belajar langsung dari peternak lele yang sudah jalan kegiatan usahanya.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Bekerja sebagai Credit Marketing Officer di Perusahaan Leasing

Pendakian Tek-Tok Gunung Penanggungan via Kunjorowesi

Pengalaman dan Suka Duka Menjadi Kolektor Leasing