Kutipan Novel GITANJALI dari Febrialdi R (edelweisbasah)


Sinopsis

dari : https://lpmprofesi.com/2018/12/gitanjali-sebuah-perjalanan-untuk-kembali/

            Buku ini mengisahkan tentang seorang laki-laki penggiat alam bernama Ed yang hendak melakukan pendakian tujuh puncak tertinggi di Indonesia (The Seven Summits of Indonesia). Ia juga seorang pekerja yang belum tuntas pada kuliah tingkat sarjananya. Ia melakukan perjalanan itu dikarenakan berbagai permasalahan yang membuatnya bingung, salah satunya adalah permasalahan dengan sang kekasih.

            Berangkat dari Kota Bandung tempat ia bertemu dengan gadis bernama Ine yang menjadi sebab ia melakukan perjalanan ini, hingga tiba di Kota Yogyakarta, tempat dia dibesarkan di sebuah panti asuhan. Peristiwa demi peristiwa aneh telah ia alami. Baik dari bertemu seorang laki-laki berumur yang dengan tiba-tiba menceritakan kisah hidupnya sehingga bertemu seorang gadis manis berhijab. Seorang gadis yang hampir menggoyahkan perjalanannya, Putri, begitulah ia memperkenalkan diri. Gadis berhijab yang tak lain adalah anak dari penerus panti asuhan tempat Ed dibesarkan.

            Ed memulai pendakiannya di Gunung Semeru dan bertemu dengan sahabatnya, Cery. Ed yang mulai lupa akan keberadaan Ine kembali resah sebab mendapat email dari sang kekasih yang memintanya untuk segera bertemu. Saat di Ranu Kumbolo, Ed bertemu dengan dua gadis cantik yang menyebalkan. Mereka jatuh hati pada Ed hingga mengorbankan pertemanannya demi mendapatkan Ed. Dari perkenalannya di Semeru dengan dua gadis itu, Ed memutuskan untuk melanjutkan pendakiannya ke Gunung Rinjani tidak seorang diri. Pengalaman yang tidak diharapkan pun terjadi di Rinjani, yang mengharuskan Ed untuk kembali turun sebelum mencapai puncak.


Kutipan Novel Gitanjali

  1. Persembunyian pahit yang tak dapat disembunyikan dalam kehidupan, adalah kenyataan.
  2. Ada saatnya menepi. Ada saatnya hanya perlu berjalan, dan ada saatnya pula kita harus perlu berlari.
  3. Bertualang di alam liar lebih aman ketimbang menyusuri belantara hati satu orang.
  4. Yang pergi akan tetap pergi. Yang hilang akan tetap hilang. Yang datang dan pergi, mengajarkan kita seberapa tabah dapat mengikhlaskan diri.
  5. Kekuatan bukan pada otot, tetapi pada mental. Keberanian bukan pada tekad, tetapi pada niat.
  6. Betapa banyak mimpi yang harus direlakan. Hanya demi untuk menghidupkan mimpi yang lainnya.
  7. Terik paling terik sudah terlewati. Hujan terderas sudah terlangkahi. Angin paling badai sudah teratasi. Hanya hatimu yang belum kumiliki.
  8. Akan tiba kita di titik perjalanan untuk berhenti mencari karena ingin ditemukan.
  9. Mimpi adalah cantuman antara kenangan dan harapan. Kadang kala ia sepadan, namun seringkali tak sehaluan.
  10. Terkadang... merasakan ada yang hilang, tanpa pernah tahu apa yang telah pergi. Merasakan ada yang kurang, tanpa tahu apa yang telah dimiliki.
  11. Dengan cara-cara yang tidak dapat kita terka. Terkadang semesta merestui sesuatu yang tak kita duga-duga.
  12. Untuk segala hal yang mematahkan, aku berserah pada kemungkinan-kemungkinan.
  13. Ada hati yang menetap, dan ada pula hati yang pergi. Ada yang enggan beranjak, dan ada pula yang pergi ke lain hati. Ada yang sekadar datang, ada pula yang memilih pergi. Ada yang menetap selamanya, dan ada pula yang terlambat membuatnya kembali.
  14. Sesekali kita harus menepi: untuk sekadar menikmati secangkir kopi, sembari meluruskan kaki atau kembali melaraskan hati.
  15. Tak ada perjalanan yang paling jauh, kecuali perjalanan untuk menemkan diri sendiri.
  16. Pergi adalah cara untuk menghibur hati. Namun terkadang pula, pulang adalah cara terbaik untuk menenangkan hati.
  17. Dirimu adalah semesta, tempat aku ingin berkelana. Hatimu adalah rumah, tempat aku ingin tinggal selamanya.
  18. Terkadang kita terlalu sibuk untuk memperjuangkan cinta, sementara kita lupa Tuhan-lah yang seharusnya layak untuk diperjuangkan.
  19. Beberapa orang lebih dulu diberi rasa takut memulai untuk menghadapi. Padahal tidak semua kesempatan datang untk kesekian kali.
  20. Jika cinta tak diimbangi dengan kesetiaan, maka yang tersisa hanyalah cinta yang berakhir dengan pengkhianatan.
  21. Betapa menyenangkannya percakapan-percakapan yang bertutur dengan suara datar: namu sarat gejolak.
  22. Barangkali kita terlalu sibuk mencari-cari jawaban untuk pertanyaan yang sebenarnya tak ada.
  23. Menjalani hidup setapak demi setapak. Meyakini di tengah-tengah keletihan, akan ada tangan Tuhan yang menopang tak berkesudahan.
  24. Hal yang paling tidak bisa dipercaya itu adalah usia, dan yang paling mutlak itu adalah kematian.
  25. Betapa sering kali kita luput untuk bergerak membantu tanpa balasan, dan menolong tanpa pamrih.
  26. Jika manusia meyakini Tuhan adalah penolong dari segala macam kesulitan, yang tersisa hanyalah satu: rasa takut ditinggalkan oleh-Nya.
  27. Ketabahan ada pada mereka, yang merelakan sesuatu paling dicintai untuk pergi.
  28. Mencintai dan merawat karena Allah. Merelakan yang pergi juga karena Allah.
  29. Terkadang kepergian seseorang mengajarkan ketabahan dan lapangnya merelakan.
  30. Terkadang yang menyembuhkan dan menenangkan tak hanya tentang keheningan, melainkan pada perjalanan dan pulang.
  31. Pada akhirnya kita terbiasa dengan apa yang tak ada. Sebab ada banyak pertanyaan dalam hidup dan keikhlasanlah yang menjawab semua tanya.
  32. Salah satu hal yang membuat doa dan keinginan kita terkabul, serta selalu dekat dengan keberuntungan, adalah di mana kondisi batin atau hati kita dalam semua hal sungguh-sungguh sangat membutuhkan Tuhan.
  33. Tuhan itu tak perlu dicari. Tuhan itu sedekat jantung dan detak, seintim denyut dengan nadi.
  34. Sejauh apa pun bertualang, perjalanan mengajarkan bahwa hidup memang tidak mudah dipahami tetapi dijalani.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Bekerja sebagai Credit Marketing Officer di Perusahaan Leasing

Pendakian Tek-Tok Gunung Penanggungan via Kunjorowesi

Pengalaman dan Suka Duka Menjadi Kolektor Leasing